Sunday, February 19, 2012

Arah Kebijakan Pengelolaan Pembangunan Perikanan Dan Kelautan


Secara umum, arah kebijakan pengelolaan pembangunan perikanan dan kelautan yang diperlukan harus diarahkan kepada kesejahteraan rakyat, penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi (peningkatan devisa dan sumbangan PDB Nasional). Secara spesifik diarahkan kepada
1.    Peningkatan kesejahteraan nelayan Indonesia
2.    Peningkatan pemberdayaan nelayan
3.    Pengembangan pendidikan, pelatihan, pengetahuan dan ketrampilan sumberdaya manusia pengelola sumberdaya laut dan perikanan
4.    Penguatan kelembagaan nelayan di tingkat lokal dan nasional
5.    Desentralisasi pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang searah dengan sistem desentralisasi pemerintahan daerah atau otonomi daerah
6.    Kebijakan permodalan (penyediaan kredit dan suku bunga rendah)
7.    Penataan struktur pasar dan lingkungan usaha
8.    Memperjuangkan Undang-undang perlindungan nelayan
9.    Kebijakan pembangunan secara terpadu dan berkelanjutan
10. Gerakan secara nasional untuk percepatan pembangunan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.
Arah kebijakan pembangunan kelautan meliputi beberapa aspek antara lain bidang perikanan, perhubungan laut, pertambangan laut, pariwisata bahari, bangunan kelautan, industri maritim dan jasa kelautan.

Thursday, February 16, 2012

Proses Pencemaran Minyak di Laut


(1) Tipe Minyak
Minyak (petroleum) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari campuran senyawa hidrokarbon dan unsur-unsur mikro (trace elements). Biasanya minyak digambarkan berdasarkan keadaan fisiknya, seperti berat jenis (densitas), titik lebur (pour point), dan komposisi kimiawi (perbandingan hidrokarbon, aspal, dan belerang). Walaupun sangat kompleks sifatnya, minyak dapat dibagi ke dalam empat kelompok utama, yaitu: alkana (alkanes), naphtana (napthenes), aromatik (aromatics), dan alkene (alkenes) dan terdapat juka kelompok lainnya.
Alkana (disebut juga normal paraffins): dicirikan dengan adanya rantai atom karbon (bercabang atau tidak bercabang) berikatan dengan atom hidrogen, dan merupakan rantai atom jenuh (tidak memiliki ikatan ganda). Termasuk dalam kelompok ini adalah methane, propane, dan isobutene.
Naphtana (napthenes, disebut juga cycloalkanes atau cycloparaffins): 50% dari minyak mentah biasanya merupakan naphtana. Kelompok ini mirip dengan alkana, akan tetapi dibedakan dari keberadaan cincin atom karbon tertutup yang masih sederhana. Naphthana biasanya bersifat stabil dan relative tidak larut dalam air. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain cyclopropane dan cyclopentane.
Aromatik (Aromatics): adalah kelas hidrokarbon dengan karakteristik cincin yang tersusun dari enam atom karbon. Aromatik ini merupakan komponen minyak mentah yang paling beracun, dan bisa memberi dampak kronik (menahun, berjangka lama) dan karsinogenik (menyebabkan kanker). Hampir kebanyakan aromatik bermassa rendah (low-weight aromatics), dapat larut dalam air sehingga meningkatkan kemungkinan kontak dengan sumberdaya hayati perairan. Contoh dalam kelompok ini adalah benzene, naphthalene, and benzo(a)pyrene.
Alkene (Alkenes, disebut juga olefins atau isoparaffins): memiliki karakteristik yang mirip dengan alkana, namun mempunyai ikatan ganda atom karbon. Alkene biasanya tidak ditemukan pada minyak mentah, namun lebih banyak terdapat pada produk-produk olahan (refinery), seperti minyak tanah (gasoline). Alkene yang umum ditemukan adalah ethene dan propene.
Komponen lain: selain empat komponen utama penyusuan minyak tersebut di atas, minyak juga dikarakterisasikan oleh adanya komponen-komponen lain seperti aspal (asphalt) dan resin. Komponen lain tersebut kadangkala terdapat dalam jumlah besar, sehingga membuat minyak menjadi sangat padat dan kental.

(2) Sifat Minyak
Beberapa sifat minyak yang harus dipertimbangkan dalam penentuan tingkat kerusakan sumberdaya pesisir dan laut antara lain: (i) berat jenis (density), (ii) kekentalan (viscosity), (iii) titik lebur (pour point), (iv) kelarutan (solubility), (v) komposisi kimiawi (percent aromatics); dan (vi) potensi untuk menjadi emulsi. Setiap jenis minyak tentu saja memiliki sifat-sifat yang berlainan, sehingga karakteristik masing-masing jenis minyak dapat dibedakan dari satu jenis ke jenis lainnya, atau biasa disebut memiliki finger print yang berbeda.


(3) Nasib dan Pelapukan Minyak
Minyak yang tumpah ke suatu perairan mengalami sejumlah proses fisika, kimia, dan biologi yang berperan mengubah nasib (fate) dan karakteristik minyak. Secara kolektif, proses-proses tersebut dikenal sebagai pelapukan (weathering). Proses ini terjadi pada semua minyak yang tumpah ke laut, namun tingkat dan aspek penting setiap proses sangat bergantung pada jenis minyak dan kondisi perairan.
Proses pelapukan tersebut akan mengubah komposisi, perilaku, keterpaparan, dan daya racun (toksisitas) minyak. Sebagai contoh, penetrasi minyak ke dalam kawasan lumpur bervegetasi (areal mangrove) dipengaruhi oleh kekentalan (viskositas) minyak. Minyak yang sudah mengalami pelapukan akan mempunyai tingkat penetrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan minyak yang belum mengalami pelapukan. Minyak yang sudah mengalami pelapukan akan mengandung komponen-komponen yang tidak larut dalam air, dan bergabung membentuk gumpalan-gumpalan (bola-bola) minyak (tarballs).
Gumpalan-gumpalan tersebut sudah barang tentu mengurangi potensi terjadinya kontak dengan biota air. Namun di sisi lain, burung dan mamalia laut lebih berpotensi untuk menghisap gumpalan-gumpalan minyak tersebut. Sementara itu, hilangnya komponen minyak dengan berat jenis kecil melalui penguapan dan atau pelarutan selama proses pelapukan menyebabkan minyak menjadi tenggelam dan meningkatkan kemungkinan pencemaran sedimen dan meningkatkan daya racun minyak di kolom air.

(4) Jalur Pergerakan Minyak
Untuk memastikan bahwa kerusakan sumberdaya perairan disebabkan pencemaran oleh minyak, maka harus dilakukan identifikasi jalur pergerakan minyak (pathways). Pemahaman tentang hal ini akan mempersempit dan memfokuskan investigasi kerusakan sumberdaya yang akan dilaksanakan, termasuk metodologi yang akan digunakan. Beberapa jalur utama pergerakan minyak sampai terjadinya keterpaparan minyak dengan sumberdaya pesisir dan laut, meliputi: permukaan air, ingesti (ingestion), inhalasi (inhalation), fisik (permukaan jaringan), atmosfer, sedimen, air tanah, dan kolom air.

(5) Keterpaparan Minyak
Terjadinya kontak atau terpaparnya (exposure) sumberdaya pesisir dan laut terhadap minyak dapat terjadi secara langsung dan tak langsung. Kemudian dalam menentukan apakah suatu sumberdaya pesisir dan laut telah mengalami kerusakan (injury) atau tidak, satu langkah penting yang perlu dilakukan adalah mendemonstrasikan adanya keterpaparan minyak dengan sumberdaya. Dengan demikian, penjelasan keterpaparan dalam keseluruhan pendugaan kerusakan (injury assessment) sumberdaya pesisir dan laut adalah menentukan. Dalam hal ini akan dapat diketahui adanya kontak sumberdaya dengan minyak, baik langsung maupun tidak langsung, memperkirakan jumlah atau konsentrasi minyak yang tumpah, dan
memperkirakan luasan tumpahan minyak. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menggambarkan keterpaparan minyak dengan sumberdaya pesisir dan laut yaitu: tipe minyak, volume tumpahan, dampak pembersihan, tipe pantai, ukuran butir sedimen, tinggi pasang surut, kondisi cuaca, perilaku serta kehidupan biota, jangka waktu kontak, dan pendekatan untuk kajian kontak.

(6) Pendekatan Untuk Kajian Kontak (Exposure)
Kontak (exposure) biasanya dievaluasi dengan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif. Pemilihan strategi penentuan kontak (exposure) tergantung pada tipe minyak, volume yang tumpah, risiko kerusakan sumberdaya, kondisi lingkungan, dan ketersedian sumberdaya manusia, dana, serta peralatan. Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan antara lain adalah :
- Pemodelan komputer: pemodelan sebaran dan proses pelapukan (weathering) minyak dapat memberikan informasi kuantitatif awal mengenai tumpahan minyak dan kemungkinan kontak (exposure) terhadap sumberdaya pesisir dan laut sekitar.
- Pengamatan visual : survai darat atau udara merupakan tehnik pengkajian yang cepat untuk meliput kawasan yang luas. Pendekatan ini sangat berguna untuk mendokumentasikan distribusi keseluruhan habitat atau daerah yang mengalami kontak (exposure) terhadap tumpahan minyak. Pendekatan ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasikan kawasan yang terkena dampak dan kawasan yang dapat dijadikan referensi (bebas pengaruh minyak). Pengamatan umumnya meliputi lebar, panjang, area, dan tingkat kontaminasi tiap-tiap habitat.
- Keberadaan bau: kejadian kontak (exposure) minyak dapat juga dievaluasi secara kualitatif dengan tes organoleptik yang didasarkan pada perasaan dan penciuman. Contohnya adalah penentuan kontaminasi minyak pada ikan yang ditangkap oleh nelayan. Minyak dengan berat molekul yang ringan sangat mudah untuk dibaui, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang besar relatif sulit dibaui.
- Analisis kimia: terdapat tiga tujuan utama dalam analisis kimia yang dilakukan untuk menentukan kontak (exposure) minyak, yaitu: (a) Karakteristik fisik dan kimiawi minyak, (b) Fingerprinting, (c) Konsentrasi minyak.
- Penempatan kekerangan (bivalvia) di lokasi: kekerangan, termasuk kerang dan oyster, dapat digunakan sebagai indikator kontak (exposure) dan dampak biologis.
- Sampel pengganti: penggunaan membrane semi permeable atau kantung lemak (lipid bags) dapat digunakan untuk pengambilan contoh (sampling) sedimen dan kolom air dalam kurun waktu tertentu.
- Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAHs): kebanyakan dari komponen penyusun minyak, termasuk benzene and polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs), cepat mengalami metabolisme oleh organisme perairan, sehingga analisis keberadaan PAHs dalam jaringan organisme dapat dijadikan sebagai bukti adanya kontak (exposure) minyak.
- Enzim Mixed Function Oxygenase (MFO): organisme tertentu memiliki enzim yang dapat menetralisir racun, dan enzim jenis ini dikenal sebagai enzim MFO. Adanya aktivitas atau peningkatan kadar enzim MFO menunjukkan bahwa organisme tersebut telah mengalami kontak (exposure) dengan minyak.
- Hemolytic Anemia: penurunan konsentrasi sel darah merah atau hemoglobin dapat digunakan sebagai indikator adanya kontak (exposure) minyak pada beberapa hewan vertebrata, seperti burung, anjing laut, dan lain-lain.

(7) Proses-Proses Pelapukan (Weathering) Minyak di Perairan
Penyebaran (spreading): minyak akan segera menyebar di perairan segera setelah tertumpah ke perairan laut. Penyebaran ini dipengaruhi oleh kekentalan dan titik lebur minyak, serta suhu perairan.
Penguapan (evaporation): penguapan dimulai sesaat setelah minyak tumpah ke perairan. Faktor utama yang mempengaruhi penguapan minyak adalah komposisi, ketebalan lapisan, suhu air laut, radiasi matahari, kecepatan angin, dan tinggi gelombang.
Pelarutan (dissolution): pelarutan adalah hilangnya senyawa penyusun minyak ke dalam perairan, kebanyakan senyawa yang bersifat akut seperti benzene, toluene, dan xylene akan segera larut dalam air.
Dispersi (dispersion): transportasi secara fisik minyak dalam bentuk droplet (butiran) ke dalam kolom air disebut dispersion. Penyebaran minyak menjadi  droplet terjadi karena adanya turbulensi permukaan air dan juga oleh penggunaan dispersan.
Emulsifikasi (emulsification): beberapa jenis minyak tertentu cenderung membentuk emulsi air dalam minyak, yang berwarna coklat gelap (biasa disebut mousse) selama proses pelapukan (weathering) terjadi.
Pengendapan (sedimentation): minyak yang terendapkan dalam sediment dapat masuk dalam jaringan zooplankton, dan dikeluarkan dalam bentuk pellet feses yang akan menetap di dalam sedimen.
Proses-proses lainnya : selain proses-proses utama dalam pelapukan (weathering) terdapat beberapa proses lain, seperti transpor oleh hanging, degradasi foto kimia, dan degradasi mikrobiologi.

Sunday, February 12, 2012

Kebijakan Pemerintah Bagi Perkembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir


Pembangunan di Indonesia di masa yang lalu ternyata seringkali berpijak pada paradigma pembangunan yang menekankan pada efisiensi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi secara agregat. Paradigma yang dikembangkan dari pemikiran Kuznet (1966) tersebut menyatakan bahwa bagi negara sedang berkembang yang pendapatan rendah dapat tumbuh perekonomiannya, dengan cara terlebih dahulu mengorbankan aspek pemerataannya (trade off). Oleh karena pada tahap awal ekonomi nasional didominasi oleh pemerintah, maka wajar apabila pemerintah lebih memusatkan perhatiannya untuk mengalokasikan sumberdaya pembangunan yang ada kepada sektor-sektor atau wilayah-wilayah yang berpotensi besar dalam menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi, yang pada umumnya berlokasi di kawasan darat dan perkotaan. Wilayah pesisir danlaut belum menjadi prioritas utama bagi pertumbuhan ekonomi secara nasional. Kondisi demikian akan mendorong timbulnya disparitas antar wilayah yang semakin melebar karena Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup berlimpah.
Selain itu, sebagai akibat dilaksanakannya pendekatan pembangunan yang sentralistik, telah menyebabkan terabaikannya aspirasi dan kreativitas masyarakat lokal, yang berimplikasi pada pembangunan yang tidak sesuai (compatible) dengan kebutuhan masyarakat lokal. Para pengambil keputusan di pusat lebih menyukai mendukung pendirian industri manufaktur di kawasan urban yang tidak menimbulkan multiplier pada perekonomian lokal. Penetesan pembangunan seperti yang diharapkan, dalam prakteknya, tidak pernah terjadi. Secara substansial selama ini Indonesia, sadar atau tidak, telah mendulang akumulasi dari kebijakan-kebijakan pembangunan yang salah arah (misleading policy) sehingga krisis ekonomi yang terjadi sulit mengalami pemulihan secara cepat (economic recovery). Proses pemulihan ekonomi nasional akan semakin bertambah berat jika ternyata Indonesia juga mengalami kesulitan dalam mengejawantah pada arus utama globalisasi (perdagangan bebas).
Di era perdagangan bebas seperti sekarang, tantangan yang dihadapi oleh Indonesia ke depan akan semakin besar. Diperkirakan, negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia dalam jangka pendek justru akan menerima kerugian, karena hanya negara-negara maju yang paling siap melakukan perdagangan bebas. Kata kunci untuk dapat mengambil manfaat dari keterlibatan dalam ekonomi global adalah daya saing, produktivitas dan efisiensi. Untuk itu, dalam konteks perdagangan bebas (WTO), diperlukan strategi jitu agar perekonomian nasional cepat pulih dan mampu mengambil manfaat dari skenario integrasi ekonomi dunia tersebut. Karenanya diperlukan sinthesis untuk memproduksi paradigma baru pembangunan yang diarahkan pada terjadinya pemerataan (equity), mendukung pertumbuhan (efficiency) dan keberlanjutan (sustainability) dalam pembangunan ekonomi. Setidaknya, ada 2 (dua) hal pokok dalam konstruksi paradigma baru pembangunan tersebut meliputi :
1.   Pembangunan lebih diorientasikan pada pembangunan spasial pada tingkat wilayah dan lokal, dengan lebih mengedepankan peningkatan kapasitas ekonomi lokal (local economic development). dan
2.   Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999, maka kekuasaan atau peran pemerintah pusat akan dibatasi hanya pada penyediaan barang-barang publik (public goods), infrastruktur ekonomi, manajemen makro ekonomi, hubungan luar negeri dan pencetakan uang. Dengan demikian, pemerintah tidak banyak lagi melakukan intervensi langsung ke dalam ekonomi, terutama pada bidang-bidang kegiatan pihak swasta. Sedangkan pada bidang-bidang kegiatan dari pihak swasta (private sector) yang tidak memiliki insentif ekonomi, barulah pemerintah melakukannya.
Alokasi sumberdaya dapat berlangsung efisien manakala kebijakan pemerintah hanya terbatas pada kebijakan tertentu saja, misalnya penentuan target pemerataan melalui transfer, perpajakan dan subsidi. Sedang proses ekonomi selanjutnya diserahkan pada bekerjanya mekanisme pasar. Untuk mendukung terjadinya proses tersebut, diperlukan pengaturan kelembagaan (institutional arrangement) berupa penegasan hak-hak masyarakat lokal (local property right), khususnya penegasan atas akses masyarakat terhadap sumberdaya ekonomi.
Untuk itu pilihan pembangunan sektor kelautan dan perikanan sebagai sektor andalan utama pembangunan Indonesia merupakan pilihan yang sangat tepat, hal ini didasarkan atas potensi yang dimiliki dan besarnya keterlibatan sumberdaya manusia yang diperkirakan hampir 12.5 juta orang terlibat di dalam kegiatan perikanan. Disamping itu juga didukung atas suksesnya pembangunan kelautan dan perikanan di negara lain, seperti Islandia, Norwegia, Thailand, China dan Korea Selatan yang mampu memberikan kontribusi ekonomi nasional yang besar dan mendapatkan dukungan penuh secara politik, ekonomi, sosial dan dukungan lintas sektoral.
Kontribusi sektor perikanan terhadap GDP di Islandia sebesar 65%, Norwegia 25%, China yang mempunyai 8.8% dari luas perairan Indonesia nilai produksi perikanan mencapai US$ 34 milliar dan Thailand mempunyai nilai eksport perikanan US$ 4.2 Milyar dengan panjang garis pantai 2.600 km (Indonesia hanya US$ 1.76 milyar). Sedangkan kontribusi sektor perikanan di Negara Korea Selatan sebesar 37%, RRC 48.4%, Jepang 54% dan Indonesia hanya 20%.

Tuesday, February 7, 2012

Interpretasi Citra

Pengenalan permukaan bumi menggunakan data penginderaan jauh dilakukan dengan cara interpretasi citra, yang terdiri dari interpretasi citra secara manual dan secara digital.
·        Interpretasi secara manual
Merupakan interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan cirri (karakteristik) obyek secara keruangan (spasial). Karakteristik obyek yang tergambar pada citra dapat dikenali berdasarkan unsur-unsur intrepretasi seperti rona atau warna, bentuk, pola ukuran, letak, dan asosiasi kenampakan obyek. Interpretasi manual dilakukan terhadap citra fotografi yang sudah dikonversikan ke dalam  bentuk foto (gambar).
·        Interpretasi secara digital
Merupakan evaluasi kuantitatf tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Analisis digital dapat dilakukan melalui pengenalan pola spektral dengan bantuan computer. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistic. Setiap kelas kelompok pixel dicari kaitannya terhadap obyek atau gejala dipermukaan bumi.

Unsur-unsur yang diperlukan dalam interpretasi citra adalah:
-          Rona atau warna, adalah tingkat kegelapan atau kecerahan obyek pada citra atau tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.
-          Bentuk, adalah variabel kualitatif yang memerikan (menguraikan) konfigurasi atau kerangka suatu obyek, misalnya persegi, membulat, memanjang, dan lain-lain.
-          Ukuran, merupakan atribut obyek yang berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume.
-          Tekstur, adalah frekuensi perubahan rona pada citra. Tekstur sering dinyatakan dalam ujud kasar, halus atau bercak-bercak.
-          Pola, merupakan ciri obyek buatan manusia dan beberapa obyek alamiah yang membentuk susunan keruangan.
-          Bayangan, merupakan obyek yang tampak samar-samar atau tidak tampak sama sekali (hitam), sesuai dengan bentuk obyeknya seperti bayangan awan, bayangan gedung, bayangan bukit.
-          Situs, merupakan hubungan antar obyek dalam satu lingkungan, yang dapat menunjukkan obyek di sekitarnya atau letak suatu obyek terhadap obyek yang lain.
-          Asosiasi, merupakan unsure antar obyek yang keterkaitan atau antara obyek yang satu dengan obyek yang lain, sehingga membentuk suatu fungsi obyek tertentu.

Konvergensi bukti adalah pengembangan garis penalaran terhadap suatu dugaan ilmiah (hipotesis) dengan menggunakan lebih dari satu unsur interpretasi, sehingga mengarah pada satu kesimpulan yang tidak bertentangan satu dengan lainnya. Konvergensi bukti bermanfaat untuk meningkatkan keyakinan akan kebenaran suatu interpretasi citra.

Monday, February 6, 2012

Ikan-Ikan Pelagik atau Ikan Demersal dan Cara Masak yang Cocok

Kelompok ikan laut dapat dibagi lagi menjadi dua golongan, yaitu ikan pelagik dan ikan demersal.
Ikan pelagik, umumnya berukuran kecil, bentuk mulut superior, kepala berbentuk pipih datar dengan mata lebar dan sirip punggung berada di bagian belakang badan. Morfologi dari ikan ini sesuai untuk menangkap plankton dan ikan-ikan kecil yang hidup di dekat permukaan air, atau insekta yang berada di permukaan, contohnya tuna, bawal, mackerel , lemuru, ikan teri dan ikan terbang.
Ikan demersal mempunyai bentuk tubuh yang beragam. Gelembung renang dari ikan-ikan kelompok ini mereduksi atau tidak ada. Ikan demersal terbagi menjadi 5 tipe yaitu :
  1. ikan dasar yang aktif mempunyai bentuk tubuh seperti ikan predator aktif tetapi bentuk kepala rata, mempunyai punuk dan sirip dada yang lebih besar.
  2. ikan yang melekat di dasar merupakan ikan-ikan kecil dengan bentuk kepala rata, sirip dadap membesar dengan struktur yang memungkinkan ikan ini berada di dasar perairan. Struktur ikan ini banyak dijumpai di perairan berarus cepat atau daerah intertidal yang mempunyai arus air yang kuat.
  3. ikan bottom- hider mempunyai kesamaan respon dengan ikan pelekat tetapi tidak mempunyai alat pelekat dan cenderung mempunyai bentuk tubuh yang memanjang dengan kepala lebih kecil. Bentuk seperti ini lebih menyukai hidup di bawah batubatuan, celah-celah.
  4. flatfish merupakan ikan dengan morfologi yang unik. Bentuk tubuh membulat dengan mulut berada dibagian ventral yang sangat memungkinkan untuk dapat mengambil makanan di dasar perairan, spirakula berada di bagian atas dari kepala.
  5. ikan bentuk rattail mempunyai tubuh bagian belakang memanjang seperti ekor tikus, kepala besar dengan hidungyang sangat jelas dan sirip dada besar. Umumnya, ikan seperti ini berada di laut dalam. Ikan-ikan ini merupakan ikan pemakan bangkai dan memangsa invertebrata bentik.
Golongan ikan demersal hidup di tempat yang dalam atau di dasar laut, contohnya adalah ikan cod , kakap dan hiu.

Contoh dari ikan pelagik :
1.                  Ikan Tuna
Tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa spesies dari famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan ini adalah perenang handal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging ikan ini berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya. Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru (bluefin tuna), dapat menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam. Tuna adalah ikan yang memiliki nilai komersial tinggi.
Banyak cara untuk menikmati masakan dari ikan tuna ini, salah satunya yang pernah saya lakukan adalah resep masakan Ikan Tuna Bakar.

Ikan Tuna Bakar
* Bahan:
500 gram fillet tuna, potong melintang 3/4 cm
* Bumbu Perendam, (aduk rata):
2 sdm minyak sayur
2 sdm kecap manis
1 sdm kecap asin
1 sdm saus tiram
1 sdm air jeruk limau
2 siung bawang putih parut
1 sdm daun bawang iris halus
1/2 sdt jahe parut
1/2 sdt merica bubuk


* Cara membuat:
Rendam potongan ikan dengan Bumbu Perendam selama 1 jam.  Tiriskan. Bakar di atas bara api sambil balik-balik dan olesi sisa bumbu hingga matang. Angkat. Sajikan hangat. (untuk 6 porsi)

2.                  Ikan Bawal
Bentuk tubuh bawal air tawar agak bulat pipih. Ukuran sisinya kecil-kecil. Bentuk kepalanya membulat dengan lubang hidung agak besar. Sirip dadanya terletak 6 bawah tutup insang. Sirip perut dan sirip duburnya terpisah.Bagian ujung siripnya berwarna kuning sampai merah, punggungnya berwarna abu-abu tua, dan perutnya berwarna putih abu-abu dan merah. Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh panjang. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar.
Adapun cara memasak ikan ini sangat bervariasi, salah satunya yang pernah saya dan keluarga saya lakukan adalah :
Ikan Bawal Bumbu Iris
*Bahan :
750 gr
ikan bawal segar, bersihkan lalu dikerat-kerat
1 ½ sdm kecap
ikan
5 bh bawang merah, iris tipis
2 siung bawang putih, iris tipis
1 1/2 sdm tausi
2 cm jahe, potong korek api
1 bh cabai hijau, iris miring tipis, buang biji
1 bh cabai merah, iris tipis, buang biji
1 btg daun bawang, potong panjang tipis
* Cara membuat:
1. Lumuri
ikan dengan kecap ikan, tata di pinggan tahan panas.
2. Taburkan bawang merah, bawang putih, tausi, jahe, cabai merah, cabai hijau dan
daun bawang ke atas
ikan bawal.
3. Panaskan kukusan, masukkan pinggan, kukus selama 30 menit.
Ikan Bawal Saus Kecap
* Bahan :
400 gram
ikan bawal
1 sdm air jeruk nipis
1/4 sendok teh garam
* Saus :
1/2 buah bawang bombay, iris halus
2 buah cabe hijau, iris miring
2 cm jahe, dimemarkan
2 siung bawang putih, iris tipis
2 sdm kecap manis
100 ml kaldu/air
1/8 sdt garam
* Cara Membuat :
1. Rendam
ikan dalam air jeruk dan garam, diamkan 15 menit.
2. Goreng
ikan sampai kuning dan renyah.
3. Tumis, bawang bombay, cabe hijau, jahe, dan bawang putih sampai layu. Tuang kaldu, kecap dan garam. Masak sampai kental.
4. Siram ke atas
ikan dan sajikan.




Contoh dari ikan demersal :
  1. Ikan Cod (codfish)
Kroket ikan Cod
* Bahan :
300 grm kentang, rebus dan haluskan
200 grm ikan cod ( daging putih ), rebus dan haluskan
2 btg daun bawang, iris tipis
1 sdm susu cair
1 sdt garam
1/2 sdt merica
1 sdm tepung maisena
1 bh kuning telor
* Lapisan :
1 bh putih telor, kocok sampai berbuih
Tepung panir secukupnya, Minyak goreng
* Cara membuat :
Campurkan semua bahan kroket, aduk rata dan bentuk bulat lonjong
Celupkan kedalam kocokan putih telor
Gulingkan diatas tepung panir dan ulangi sekali lagi
Goreng diatas minyak sedang sampai kuning keemasan
Sajikan dengan sambal botolan

  1. Ikan kakap
Ikan kakap merah merupakan ikan dasar yang selalu berkelompok menempati karang, tandes atau rumpon. Ikan kakap merah yang mempunyai nama inggris red snapper hampir bisa ditemui semua lokasi di Indonesia bahkan di dunia. Ikan yang biasanya memiliki nama latin depannya Lutjanus termasuk dalam family Lutjanidae. Soal jenisnya kakap sendiri ada banyak macam spesiesnya, namun pada rubrik ini kami hanya membahas spesies kakap pada umumnya. Lantaran warna ikan ini merah, orang-orangpun menyebutnya dengan nama kakap merah.
Badan memanjang melebar, gepeng kepala cembung, bagian bawah penutup insang bergerigi. Gigi-gigi pada rahang tersusun dalam ban-ban, ada gigi taring pada bagian terluar rahang atas, sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14, sirip dubur berjari-jari keras 3 lemah 8-9, termasuk ikan buas, makannya ikan kecil dan invertebrata dasar laut. Hidup menyendiri di daerah pantai sampai kedalaman 60 m. Dapat mencapai panjang 45 - 50 Cm. Warna bagian atas kemerahan/merah ke-kuningan, di bagian bawah merah ke-putihan. garis-garis kuning kecil diselingi warna merah pd bagian punggung di atas garis rusuk. Ikan ini menghuni perairan tropis maupun subtropis, walau tiga dari genus Lutjanus diketahui ada yang hidup di air tawar. Bahkan juvenil beberapa spesies dari genus ini lainnya seringkali dijumpai pada hutan-hutan bakau yang ada perairan payau. Tidak jarang pula juvenil-juvenil dari spesies yang bersangkutan ditemukan pada batang-batang sungai yang bermuara pada hutan-hutan bakau tersebut.

Ikan Kakap Merah Kuah Asam
Bahan:
1 ekor (900 gr) ikan kakap merah
2 sdm air jeruk nipis
1 sdt garam
1 liter air
3 butir bawang merah, iris tipis
3 buah tomat, iris panjang tipis
15 buah cabe rawit, biarkan utuh
1 batang serai, ambil bagian putihnya dan memarkan
1 lembar daun kunyit, simpulkan
30 helai daun kemangi
3 batang daun bawang, iris melintang kasar


Cara membuatnya:
Rendam ikan dalam air jeruk dan garam dan biarkan selama 15 menit.
Siapkan panci dan masukkan air, ikan dan perendamnya, dan semua bahan. Masak dengan api sedang hingga ikan matang. Angkat dan sajikan.

Ikan Kakap Asam Manis

Bahan:
1 ekor ikan kakap merah
1 buah bawang bombay, iris halus
2 batang daun bawang, iris halus
50 gr wortel, potong kotak-kotak kecil
garam dan merica secukupnya

Untuk saus:
3 butir bawang merah
5 siung bawang putih
10 butir cabe rawit
1/2 sdt cuka
2 sdt gula pasir
50 ml air
garam dan merica secukupnya

Cara membuatnya:
Ikan diambil hanya dagingnya saja, tapi biarkan kulitnya utuh melebar.
Daging ikan agak dihancurkan dan campur dengan bawang bombay, daun bawang dan wortel. Beri garam dan merica secukupnya. Bungkus adonan ikan dengan kulit ikan berbentuk melonjong dan ikat rata. Goreng buntelan ikan dalam minyak panas hingga matang. Sajikan dengan menyiram saus diatasnya.

Membuat saus :
Haluskan bawang merah, putih,cabe,garam dan merica. Tumis dengan 1 sdm minyak goreng. Tambahkan cuka, gula pasir dan air. Aduk rata hingga mendidih dan angkat.

Sunday, February 5, 2012

Permasalahan Pembangunan Perikanan dan Kelautan

Beberapa permasalahan yang selama ini dianggap sebagai faktor penghambat pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan antara lain faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor Internal antara lain sebagian besar nelayan merupakan nelayan tradisional dengan karaktersitik sosial budaya yang belum kondusif untuk kemajuan usaha, sebagian besar struktur armada yang dimiliki masih didominasi struktur skala kecil dan tradisional (berteknologi rendah), ketimpangan tingkat pemanfaatan stock ikan antara kawasan satu dengan kawasan lainnya, masih banyaknya praktek illegal, unregulated dan unreported fishing,penegakan hukum masih lemah, terjadinya kerusakan lingkungan ekosistem laut yang disebabkan oleh pengeboman dan penambangan pasir, terbatasnya sarana prasarana sosial dan ekonomi (transportasi, komunikasi, kesehatan, pendidikan dan perumahan) dan lemahnya market intelligence yang meliputi penguasaan informasi tentang segmen pasar, harga dan pesaing.
Sedangkan faktor eksternal yang ikut mempengaruhi lambatnya pembangunan kelautan dan perikanan adalah khususnya yang terkait dengan kebijakan moneter, fiskal dan investasi seperti suku bunga pinjaman dan penyediaan kredit perikanan.
Pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan masa depan tentunya harus dapat menjawab permasalahan permasalahan yang selama ini dianggap sebagai faktor yang menghambat proses pembangunan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan, berkeadilan dan merata.

Saturday, February 4, 2012

Koreksi Geometrik


Kesalahan geometrik citra berdasarkan sumbernya dikelompokkan menjadi dua tipe kesalahan, yaitu kesalahan internal (internal distortion) dan kesalahan eksternal (external distortion). Kesalahan geometrik menurut sifatnya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu kesalahan sistematik dan kesalahan random.  Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang dapat diperkirakan sebelumnya, dan besar kesalahan pada umumnya konstan, oleh karena itu dapat dibuat perangkat lunak koreksi geometrik secara sistematik. Untuk mengoreksi kesalahan random digunakan metode non-sistematik dengan menerapkan rumus transformasi polynomial dari system koordinat geografis ke koordinat citra, yang ditentukan dengan menggunakan titik control tanah (ground control point). Metode ini memerlukan ketersediaan peta peneliti yang sesuai dengan daerah liputan citra, dan titik ikat medan yang dapat dikenali  dalam citra, seperti perpotongan jalan raya, tubuh air yang kecil. Nilai koordinat digunakan untuk analisi kuadrat terkecil untuk menentukan koefisien bagi dua persamaan transformasi, yang menghubungkan koordinat citra dan koordinat geografis. Akurasinya tergantung pada orde polynomial, jumlah, dan distribusi titik control.