Friday, October 26, 2012

Dilematisasi Laut Indonesia


Laut Indonesia

Sejak era reformasi bergulir di tengah percaturan politik di Indonesia, sejak itu pula perubahan kehidupan mendasar berkembang di hampir seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti merebaknya beragam krisis yang melanda Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satunya adalah berkaitan dengan Orientasi Pembangunan. Sektor laut Indonesia dapat dikatakan hampir tak tersentuh, meski kenyataannya sumberdaya kelautan dan perikanan yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam, baik jenis dan potensinya. Potensi sumberdaya tersebut terdiri dari sumberdaya yang dapat diperbaharui, seperti sumberdaya perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya laut dan pantai, energi konvensional serta sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti sumberdaya minyak dan gas bumi dan berbagai jenis mineral. Selain dua jenis sumberdaya tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa lingkungan lautan yang dapat dikembangkan untuk pembangunan kelautan dan perikanan seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan dan sebagainya.
Sektor laut Indonesia sebagai salah satu sektor andalan yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia keluar dari krisis yang berkepanjangan. Setidaknya ada beberapa alasan pokok yang mendasarinya, yaitu:
1.      Potensi perikanan laut Indonesia yang terdiri atas potensi perikanan pelagis dan perikanan demersal tersebar pada hampir semua bagian perairan laut Indonesia yang ada seperti pada perairan laut teritorial, perairan laut nusantara dan perairan laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km2 dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar 81.000 km dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508, memiliki potensi ikan yang diperkirakan terdapat sebanyak 6.26 juta ton pertahun yang dapat dikelola secara lestari dengan rincian sebanyak 4.4 juta ton dapat ditangkap di perairan Indonesia dan 1.86 juta ton dapat diperoleh dari perairan ZEE.
2.      Selama beberapa dasawarsa, orientasi pembangunan negara ini lebih mengarah ke darat, yang mengakibatkan sumberdaya daratan terkuras. Oleh karena itu wajar jika sumberdaya laut Indonesia tumbuh ke depan.
3.      Dikaitkan dengan laju pertumbuhan penduduk serta meningkatnya kesadaran manusia terhadap arti penting produk laut Indonesia bagi kesehatan dan kecerdasan manusia, sangat diyakini masih dapat meningkatkan produk perikanan dan kelautan di masa datang.
4.      Kawasan pesisir dan laut Indonesia yang dinamis tidak hanya memiliki potensi sumberdaya, tetapi juga memiliki potensi bagi pengembangan berbagai aktifitas pembangunan yang bersifat ekstraksi seperti industri, pemukiman, konservasi dan lain sebagainya.
Terdapat berbagai kesenjangan yang masih mewarnai pembangunan laut Indonesia baik secara nasional maupun secara lokal administratif pengelolaan. Berbagai prasarana yang dibangun oleh pemerintah, seperti pembangunan pelabuhan perikanan dan tempat-tempat pendaratan ikan yang tersebar di berbagai wilayah belum memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan yang diharapkan, berbagai model pengaturan dan kebijakan yang diambil belum dapat menyentuh secara baik terhadap permasalahan mendasar yang ada. Hal tersebut diakibatkan pendekatan yang digunakan selama ini masih merupakan pendekatan top-down. Banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam berbagai macam bentuk pelibatan, juga merupakan salah satu wujud kesemrautan pengelolaan laut Indonesia.

Wednesday, October 10, 2012

Organisme Estuari dan Laut


Organisme Estuari dan Laut


Taksonomi utama dari organisme estuari dan laut terbagi menjadi:

- Bakteri         
Merupakan organisme berukuran mikroskopis dan uniselluler dan mempunyai diameter kurang dari 2 µm. Keberadaannya sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem organisme estuari dan laut, seperti sebagai dekomposer. Karena pentingnya peran tersebut, sehingga bakteri memainkan fungsi yang sangat penting dalam perputaran nutrien. Disamping itu, bakteri merupakan komponen biota kunci dalam aliran energi.
- Fitoplankton
Merupakan produsen primer laut dunia berupa tumbuhan berukuran mikroskopis dan melayang bebas yang menghuni permukaan air, termasuk yang berada di bawah es di lautan kutub. Organisme ini memiliki bentuk uniselluler, berfilamen atau berfotosintesis. Berdasarkan kelompok taksonominya terbagi menjadi beberapa kelompok utama yaitu diatoms (kelas Bacillariophyceae), dinoflagellates (kelas Pyrrophyceae), coccolithophores (kelas Prymnesiophyceae), and silicoflagellates (kelas Chysophyceae). Fitoplankton memainkan peran penting dalam memulai aliran energi yang sangat berguna di dalam ekosistem organisme estuari dan laut. Dalam produktivitas primer, faktor fisika-kima yang paling dominan mengontrol produksi fitoplankton di perairan laut adalah radiasi matahari dan ketersediaan nutrien. Jumlah radiasi matahari mencapai permukaan laut sangat bergantung lintang. Sementara  itu elemen nutrien yang utama adalah nitrogen, phosphorus, and silicon.
- Zooplankton
Dalam rantai makanan zooplankton berperan sebagai mata rantai antara produsen primer dengan konsumen kedua. Zooplankton mempunyai sifat berenang pasif, terapung atau menentang aliran air dan sebagian kecil yang mempunyai kemampuan untuk berenang. Organisme ini dapat diklasifikasikan berdasarkan taksonomi, ukuran dan daur hidup mereka. Beberapa filum yang umum dominant di komunitas air laut adalah protozoa, cnidarians, molluska, annelida, arthropoda, echinodermata, chaetognaths, dan chordata. Berdasarkan ukuran terbagi menjadi empat kelompok utama: nanozooplankton, microzooplankton, mesozooplankton, and macrozooplankton. Berdasarkan daur hidupnya dibedakan: holoplankton, meroplankton, and tychoplankton.
- Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup di dasar laut yang menempel pada sedimen dasar laut. Termasuk di dalamnya adalah benthik flora dan fauna serta terumbu karang. Benthik flora merupakan sekelompok tumbuhan dasar yang mendiami zona intertidal dan daerah dangkal dari estuari dan pesisir pantai. Sementara benthik fauna, yang masuk ke dalam subdivisi dari epifauna menempel pada soft sedimen dan hard bottoms, sementara yang infauna tinggal di dalam soft seidmen. Terumbu karang merupakan habitat benthik yang sangat produktif dan kekayaan  species yang sangat banyak.
- Nekton
Merupakan organisme tertinggi pada level trophic yang aktif berenang menggunakan air untuk mencari mangsa. Termasuk di dalamnya adalah ikan, mamalia laut, reptile laut, dan beberapa burung.   

Lingkungan organisme estuari dan laut ini keberadaannya sangat penting sebagai pendukung berbagai macam oraganisme mulai dari protozoa terkecil hingga mamalia yang paling besar. Di dalamnya termasuk faktor-faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi kelimpahan, distribusi dan keragaman organisme tersebut. Selain itu, memberikan informasi tentang komunitas estuari dan laut serta bagimana kompleksitas dan dinamisme habitat yang mereka gunakan.

Tuesday, October 9, 2012

Resep Masakan: Resep Ikan Bakar

Resep Ikan Bakar

Makan ikan bisa membuat kita sehat dan mengurangi sakit jantung karena ikan banyak mengandung lemak Omega 3. Cara masyarakat menikmatinya beragam, salah satu cara menikamtinya adalah dengan dibakar. Dalam resep ikan bakar ini disampaikan lengkap dengan cara mengolah bumbu.

Bahan:
- 1 ekor ikan gurami
- bawang merah goreng
- Bawang putih goreng
- 8 butir kemiri
- 1 batang kunyit
- 4 buah cabai rawit
- Garam
- Merica
- 2 buah jeruk nipis
- 1 buah tomat

Cara Masak:
- Bersihkan ikan, buang sisik dan isi perutnya. Buat guratan di setiap sisi badan ikan.
- Siapkan bumbu: haluskan bawang merah, bawang putih, cabai rawit, kemiri, kunyit, garam dan merica. Campur irisan tomat dan aduk sampai rata.
- Lumuri ikan dengan garam dan merica secukupnya da biarkan kurang lebih 30 menit supaya bumbu meresap.
- Bakar ikan tersebut di atas bara api yang kecil sampai setengah matang. Jangan lupa dibolak balik. Angkat.
- Hidangkan dengan menaburkan irisan cabai merah, irisan tomat dan jeruk nipis.

Lebih nikmat dihidangkan dan disantap bersama seluruh anggota keluarga. Selamat menikmati dan mempraktikkan resep ikan bakar. Mmmm :)

Monday, October 8, 2012

Dampak Perubahan Iklim


Dampak Perubahan Iklim


Dampak perubahan iklim yang kini jadi perdebatan dalam merespon Protokol Kyoto di sejumlah meja diplomasi, untuk mengurangi emisi gas karbon di seluruh dunia, merupakan ancaman serius bagi kelangsungan kehidupan manusia. Perubahan iklim dan bencana alam dalam berbagai akibat yang ditimbulkannya merupakan ancaman serius.
Perubahan iklim  dan bencana alam, seperti gempa dan badai yang sering melanda kawasan Asia, memiliki dampak serius yang bisa mengganggu jalannya negara menuju ke arah destabilisasi politik, ekonomi, dan keuangan. Dampak luas perubahan iklim dan bencana alam akan menjadi faktor yang menyebabkan bencana kemanusiaan seperti yang terjadi pada tsunami di Aceh di pengujung tahun 2004, yang memberi kontribusi terhadap kekerasan politik sekaligus memperlemah pemerintahan yang berkuasa.
Degradasi hutan hujan tropis di Kongo,Amazon,dan Indonesia,misalnya, sedang melaju dengan kecepatan tinggi menuju kondisi kehancuran total. Dampaknya bisa fatal terkait ketersediaan air dan pangan.Akibat pemanasan bumi,sekitar 200 juta manusia bakal menjadi pengungsi yang disebabkan banjir dan kekeringan. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan sebagai dampak perubahan iklim disinyalir bakal melebihi kerugian yang diderita akibat Perang Dunia I dan II plus krisis ekonomi dunia pada 1930.
Dampak perubahan iklim terhadap ekosistem laut di antaranya adalah  meningkatnya tinggi permukaan air laut, suhu air laut naik, bertambahnya frekuensi badai serta perubahan pola musim dan cuaca ekstrem yang mengakibatkan tenggelamnya pulau-pulau kecil. Di Indonesia, sudah ada 24 pulau hilang, dari 17.504 pulau menjadi 17.480.
Ada 634 juta orang di dunia tinggal di wilayah pantai dan 75 persen di antaranya berada di Asia yang bermukim di daerah dengan elevasi rendah. Tanpa mekanisme kerja sama regional melalui pembentukan kerja sama penelitian, mitigasi bencana, ataupun operasi pemulihan bersama, bisa dipastikan dampak perubahan iklim dan bencana alam paling buruk akan menjadi mimpi buruk faktor destabilisasi yang mengancam negara mana saja.

Tuesday, October 2, 2012

Penginderaan Jauh (Inderaja) Untuk Perikanan Tangkap


Penginderaan Jauh (Inderaja)
Penginderaan Jauh (Inderaja)

Penelitian tentang daerah potensi penangkapan ikan dan mengembangkan metode pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan informasi zona potensi penangkapan harian. Untuk melakukan sosialisasi dan penerapan informasi zona potensi penangkapan ikan harian di berbagai daerah lainnya, perlu dilaksanakan kegiatan secara cermat dan efektif dengan upaya yang cukup berat dan dana yang cukup besar. Terdapat beberapa jenis satelit yang mampu melakukan observasi penginderaan jauh (inderaja) terhadap fenomena yang terjadi di permukaan bumi termasuk di permukaan laut. Saat ini terdapat 3 satelit yang banyak digunakan untuk keperluan identifikasi dan pemantauan fenomena oseanografi yaitu :
·    Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) milik Amerika.
·    Satelit Sea Star yang membawa sensor SeaWIFs menghasilkan data konsentrasi khlorofil yang 
    berkaitan erat dengan konsentrasi plankton.
·    Satelit Feng Yun yang membawa sensor untuk mendeteksi suhu permukaan laut dan konsentrasi
    khlorofil di laut.
Dengan menggunakan data dari satelit-satelit tersebut dapat dilakukan pemetaan suhu permukaan laut (SPL) dan kandungan khlorofil secara nerreal-time. Dari peta sebaran SPL dan khlorofil tersebut dapat diperoleh informasi tentang fenomena oseanografi khususnya thermal front dan upwelling yang merupakan indikator daerah potensi penangkapan ikan.
Penggunaan teknologi penginderaan jauh (Inderaja) khususnya satelit dipadu dengan data cuaca, data oseanografi khususnya kesuburan perairan dan tingkah laku ikan, didukung dengan metode pengolahan dan analisis yang teruji akurasinya, merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat dalam mempercepat penyediaan informasi zona potensi ikan harian untuk keperluan peningkatan hasil tangkapan ikan. Identifikasi daerah potensi penangkapan ikan menggunakan teknologi penginderaan jauh merupakan cara identifikasi tidak langsung. Dari data penginderaan jauh dilakukan identifikasi parameter-parameter oseanografi yang berkaitan erat dengan habitat ikan atau daerah yang diduga potensial sebagai tempat berkumpulnya ikan, seperti daerah terjadinya termal front atau upwelling. Parameter lain yang sekarang dapat dideteksi dengan menggunakan teknologi satelit penginderaan jauh adalah kesuburan perairan yang sangat erat hubungannya dengan daerah potensi berkumpulnya ikan.
Zona potensi ikan ditentukan dengan kombinasi data/peta sebaran suhu permukaan laut, kandungan klorofil, pola arus laut, cuaca, serta karakter toleransi biologis ikan terhadap suhu air. Dari hasil pengamatan secara multitemporal dapat diketahui bahwa sebaran suhu permukaan laut di wilayah perairan laut Indonesia berubah dengan cepat. Dengan demikian pengamatan terhadap berbagai parameter oseanografi yang berkaitan erat dengan lingkungan hidup ikan juga harus dilakukan dengan frekuensi pengamatan yang cukup tinggi, minimal 4 kali dalam sehari. Sebagai contoh, saat ini terdapat 3 seri satelit NOAA yang sedang mengorbit di antariksa sehingga dalam sehari dapat diperoleh data suatu wilayah sebanyak 12 kali/hari atau 12 lintasan.
Jenis ikan yang dapat dideteksi satelit penginderaan jauh (inderaja), yaitu ikan pelagis. Ikan pelagis berdasarkan ukurannya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ikan pelagis besar, misalnya jenis ikan tuna, cakalang, tongkol, dan lain-lain, serta ikan pelagis kecil, misalnya ikan layang, teri, kembung, dan lain-lain.

Sunday, September 23, 2012

Plesiosaurus


Plesiosaurus

 Jika kita ingat sebuah film tahun 2007 yang berjudul “The Water Horse”, menceritakan tentang seorang anak bernama Angus yang menemukan telur aneh di sebuah teluk di Skotlandia. Telur itu kemudian menjadi seekor kuda air raksasa bernama Crusoe. Crusoe sendiri adalah seekor plesiosaurus, hewan laut pada masa dinosaurus.
Plesiosaurus adalah reptil laut dinosaurus yang memiliki tubuh yang luas dan ekor pendek. Mereka memiliki dua pasang kaki, yang berkembang menjadi sirip besar. Plesiosaurus berevolusi dari nothosaurs, yang memiliki tubuh lebih mirip buaya, jenis utama dari Plesiosaurus terutama dibedakan oleh kepala dan ukuran leher. Anggota Plesiosauroidea seperti Cryptoclididae, Elasmosauridae, dan Plesiosauridae memiliki leher panjang. Kebanyakan pliosaurs dan rhomaleosaurs, memiliki leher lebih pendek dengan kepala, besar memanjang.
Semua plesiosaurus memiliki empat sirip. Ini mereka gunakan untuk bergerak di air dengan kombinasi gerakan mendayung dan gerakan naik-turun. Sirip ekor dan ekor kemungkinan besar digunakan untuk membantu dalam bergerak. Mungkin ada kemiripan dengan metode berenang yang digunakan oleh penguin dan kura-kura, yang masing-masing memiliki dua dan empat sirip.
Secara umum, plesiosaurians adalah salah satu hewan laut terbesar sepanjang masa, dengan ukuran panjang terkecil sekitar 2 m (6,5 kaki). Panjang pliosaurs terbesar adalah sampai dengan 15 m. Plesiosaurus tumbuh lebih lama, Mauisaurus adalah 20 meter panjang. Namun, ichthyosaurus Trias akhir, seperti shastasaurids diketahui telah mencapai panjang 21 m. Hewan laut besar modern seperti paus sperma (20 m), dan terutama ikan paus biru (~ 30 m) semua tumbuh lebih besar dari plesiosaurians yang dikenal saat ini.

Friday, September 21, 2012

Nelayan

Pekerjaan sebagai nelayan adalah pekerjaan berat. Tidak dapat membayangkan pekerjaan lain yang lebih mudah, sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Keterampilan sebagai nelayan bersifat amat sederhana, dan hampir sepenuhnya dapat dipelajari dari orang tua mereka sejak masih kanak-kanak. 
Banyak ditemui kelompok-kelompok nelayan Pantura yang tetap mampu bertahan hidup dalam menghadapi keadaan yang sangat berat sekalipun, terutama pada masa-masa paceklik. Masyarakat nelayan adalah fakta, bukan hanya sebagai segerombolan tenaga kerja yang menangkap ikan di laut, tetapi sebuah bentuk kehidupan masyarakat yang basis kehidupannya bertumpu kepada laut dan hasil-hasil laut yang ada di dalamnya, yang bersosial, beradab, berbudaya, dan berpikir tentang keberlanjutan masa depan mereka sendiri.
Sumber kehidupan yang berada di laut, mempunyai makna manusia yang akan memanfaatkan sumber hidup tersedia di laut tidak mempertentangkan dirinya dengan hukum-hukum alam kelautan yang telah terbentuk dan terpola seperti yang dilihat dan dirasakan.
Tindakan yang harus dilakukan dan perlu dilaksanakan, adalah mempelajari melalui penglihatan, pengalaman sendiri atau orang lain, guna melakukan penyesuaian alat-alat pembantu penghidupan, sehingga sumber penghidupan itu dapat berguna dan berdaya guna bagi kehidupan selanjutnya.
Laut sebagai bagian dari alam semesta, mempunyai ciri tersendiri dibandingkan dengan bagian alam semesta lainnya, seperti tanah, udara, dan panas matahari. Kecirian yang berbeda nyata antara laut dan tanah, telah memberikan kesempatan kepada manusia untuk mengenalinya lebih dalam. Pengenalan sifat-sifat alam tersebut, telah mendorong manusia untuk bersikap dan berbuat selaras dengan sifat-sifat alam itu.
Kehidupan nelayan yang sudah sangat bergantung kepada lautan, menjadikan mereka secara ekstrem tidak bisa hidup tanpa laut. Pada masa kini, sumber daya lautan yang menjadi harapan untuk hidup mereka telah mengalami perubahan yang sangat mendasar, yakni makin sulitnya mereka memperoleh hasil tangkapan.
Dalam proses pembangunan berbangsa, keikutsertaan masyarakat nelayan adalah mutlak adanya. Karena itu, penanganan masyarakat nelayan tersebut haruslah proporsional dengan potensi dan kemampuan yang mereka miliki.
Adanya pengakuan tentang peranan yang dimiliki nelayan, memberikan peluang lebih besar terhadap keberadaan mereka. Potensi besar yang dimiliki masyarakat nelayan, jika tidak didayagunakan secara optimal dalam mengisi pembangunan adalah kerugian besar bagi masyarakat bangsa ini. Masyarakat nelayan pada umumnya mampu berkiprah secara luas di sektor perikanan, karena usaha-usaha yang telah dijalankan sejak berabad-abad lamanya telah mendarah daging dalam jiwa mereka.
 

Thursday, September 20, 2012

Kebijakan Ekonomi Nasional untuk Menanggulangi Keterbelakangan Masyarakat Pesisir




Sejak 1997, Indonesia telah mengalami perubahan secara nyata dan fundamental. Perubahan ini telah mendorong kita mengadakan perubahan dalam rumusan Rencana Pembangunan Nasional kita. Kemudian, proses persiapan rencana pembangunan itu sendiri pada saat sekarang telah sangat berbeda daripada  proses yang terdahulu. Sekarang lebih ditekankan pada kemitraan atau kebersamaan, dengan melibatkan masyarakat umum dan para stakeholder lainnya. Pendekatan bottom up pada rumusan rencana pembangunan telah dilaksanakan pada setiap tingkatan.

Berkenaan dengan ketiga pertama  Agenda Nasional dari Rencana Kerja 2007, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, kita tidak dapat menghindar dari kekurangan-kekurangannya yang perlu kita perhatikan. Tingkat kesejahteraan rakyat kita masih jauh dari yang kita harapkan.
Sekarang Indonesia sedang menghadapi persoalan yang sangat besar, yaitu tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran. Ini menunjukkan bahwa sektor riil belum dapat menyerap secara nyata rakyat penganggur. Oleh karena itu, 9 prioritas sebagai  Agenda Nasional 2007 sangatlah penting untuk ditetapkan untuk menunjang menuju pengurangan kemiskinan dan membuka lapangan kerja baru melalui 4 tahapan sbb.:
1). Peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan dan pembangunan akan menciptakan kesempatan kerja baru yang akhirnya menuju pengurangan kemiskinan. Mendorong terbentuknya industri-industri padat karya dan meningkatkan produktifitas pertanian dan perikanan yang akan bermanfaat bagi si-miskin. Kebanyakan rakyat yang bekerja dalam sektor pertanian dan perikanan memiliki produktivitas rendah dengan tingkat pendapatan yang rendah pula.
Dengan memprioritaskan revitalisasi pertanian dan perikanan serta daerah pedesaan maka akan meningkatkan produktifitas sektor pertanian dan perikanan yang pada gilirannya akan mengurangi kemiskinan secara nyata.
Tambahan lagi, pembangunan industri-industri padat karya, meliputi perusahaan-perusahaan mikro, kecil dan menengah, dimana kebanyakan rakyat menggantungkan sumber pendapatannya, adalah sangat penting dan akan terus digalakan.
2). Meningkatkan kemudahan si-miskin terhadap kebutuhan pokoknya. Fakta menunjukkan bahwa terdapat ketidak-seimbangan kemudahan terhadap kebutuhan pokok antara si-miskin dan si-kaya. Oleh karena itu, meningkatnya kemudahan terhaoap pendidikan, pelayanan kesehatan, infrastuktur dasar seperti air bersih dan perumahan, sama halnya untuk kemudahan makanan dan nutrisi, adalah sangat mutlak diperlukan didalam mengurangi kemiskinan.
3). Memberdayakan rakyat melalui pembangunan berbasis masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ditujukan terhadap rakyat yang memiliki kapasitas untuk  menentukan matapencaharian mereka dan melibatkan mereka langsung dalam pembangunan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan. Pemerintah berkeinginan untuk memperluas pelaksanaan program pengurangan kemiskinan yang berbasis masyarakat ini ke hampir seluruh daerah Indonesia.
4).  Peningkatan jaminan sosial. Peningkatan jaminan sosial untuk rakyat yang lemah adalah tugas yang sangat penting untuk mengurangi kemiskinan. Tahap pertama, pemerintah membentuk sistem bantuan sosial bagi rakyat termiskin melalui program bantuan modal tanpa jaminan. Kemudian, tahap berikutnya mencoba bantuan modal dengan jaminan di daerah-daerah tertentu. Diharapkan sistem ini akan memberikan multi –efek atau dampak yang luas terhadap kesejahteraan rakyat dan menjadi salah satu usaha kita untuk mendorong investasi sumberdaya manusia melalui peningkatan kemudahan mereka terhadap pelayanaan kesehatan dan pendidikan.
Peningkatan infrastruktur juga merupakan salah satu prioritas pemerintah yang  akan secara serius dilaksanakan. Pemerintah akan lebih memfokuskan untuk pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan daya saing bagi sektor riil dengan lebih menyederhanakan pelayanan standar dan mendorong sektor swasta berinvestasi pada proyek infrastruktur.
 

Sunday, August 5, 2012

Pelapukan Minyak Di Laut


Minyak yang tumpah ke suatu perairan mengalami sejumlah proses fisika, kimia, dan biologi yang berperan mengubah nasib (fate) dan karakteristik minyak. Secara kolektif, proses-proses tersebut dikenal sebagai pelapukan (weathering). Proses ini terjadi pada semua minyak yang tumpah ke laut, namun tingkat dan aspek penting setiap proses sangat bergantung pada jenis minyak dan kondisi perairan.
Proses pelapukan tersebut akan mengubah komposisi, perilaku, keterpaparan, dan daya racun (toksisitas) minyak. Sebagai contoh, penetrasi minyak ke dalam kawasan lumpur bervegetasi (areal mangrove) dipengaruhi oleh kekentalan (viskositas) minyak. Minyak yang sudah mengalami pelapukan akan mempunyai tingkat penetrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan minyak yang belum mengalami pelapukan. Minyak yang sudah mengalami pelapukan akan mengandung komponen-komponen yang tidak larut dalam air, dan bergabung membentuk gumpalan-gumpalan (bola-bola) minyak (tarballs).
Gumpalan-gumpalan tersebut sudah barang tentu mengurangi potensi terjadinya kontak dengan biota air. Namun di sisi lain, burung dan mamalia laut lebih berpotensi untuk menghisap gumpalan-gumpalan minyak tersebut. Sementara itu, hilangnya komponen minyak dengan berat jenis kecil melalui penguapan dan atau pelarutan selama proses pelapukan menyebabkan minyak menjadi tenggelam dan meningkatkan kemungkinan pencemaran sedimen dan meningkatkan daya racun minyak di kolom air.

Saturday, August 4, 2012

Pembakaran Minyak Secara In Situ di Laut


Pembakaran minyak di laut mempunyai sejumlah batasan di antaranya ketebalan minyak dan jarak antara lokasi tumpahan dengan kapal untuk alasan keamanan. Pembakaran secara in situ dilakukan saat mengatasi tumpahan minyak dari kapal Exxon Valdez. Dilaporkan bahwa pada hari kedua setelah kejadian, 60.000 - 110.000 liter minyak yang tumpah dapat dihilangkan. Hal ini membutuhkan boom yang tahan api, sementara lapisan minyak yang harus dijaga adalah setebal 3 mm. Residu pembakaran akan berupa semi-padatan yang kaku yang dapat dengan mudah diangkat, sekalipun masih menyisakan polutan di lingkungan laut. Masalah lain yang dapat timbul adalah terjadinya pencemaran udara di sekitar lokasi kejadian.
Berbagai informasi tentang karakteristik asap akibat pembakaran minyak bermunculan dari hasil studi yang dilakukan akibat adanya awan asap besar-besaran ketika ladang minyak Kuwait membara selama Perang Teluk pada Januari 1991. Asap yang terjadi segera meluas dengan ketinggian hingga 3 km dan bergerak ke arah timur hingga jarak 1500-2000 km. Hujan hitam berbau minyak terjadi selama 24 jam di Adana-Turki sekitar 1500 km barat laut Kuwait beberapa hari setelah kejadian. Hujan berbau minyak juga masih turun di bulan April, sekalipun tidak lagi berwarna hitam.
Analisis kimia yang dilakukan terhadap sampel aerosol dari pembakaran yang terjadi di Kuwait menunjukkan bahwa konstituen utamanya adalah: (I) gumpalan dari partikel jelaga berbentuk speris yang dilapisi senyawa sulfur; (ii) kristal kubik yang mengandung NaCl dan SO42-; (iii) debu-debu yang mengandung Si, Al, Fe, Ca, K, dan/atau S.

Friday, August 3, 2012

Dampak Pencemaran Minyak Terhadap Biota Di Laut


Komponen minyak tidak larut di dalam air akan mengapung pada permukaan air laut yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasirdan batuan-batuan di pantai. Hal ini mempunyai pengaruh yang luas terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di perairan.
Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh terhadap reproduksi,perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada plankton,bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan yang berakibat menurunnya devisa negara. Proses emulsifikasi merupakansumber mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar. Proses ini merupakan penyebab terkontaminasinya sejumlah flora dan fauna di wilayah tercemar.
Beberapa kasus pencemaran minyak telah menghancurkan hewan dan tumbuh–tumbuhan yang hidup di batu-batuan dan pasir di wilayah pantai, juga merusak area mangrove serta daerah air payau secara luas. Hutan mangrove merupakansumber nutrien dan tempat pemijah bagi ikan, dapat rusak oleh pengaruh minyak terhadap sistem perakaran yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang.
Tumpahan minyak berpengaruh besar pada ekosistem laut, penetrasi cahaya menurun di bawah oil slick atau lapisan minyak. Proses fotosintesis terhalang pada zona euphotik sehingga rantai makanan yang berawal pada phytoplankton akan terputus. Lapisan minyak juga menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob.
Tentu saja semua kejadian tersebut, yang diakibatkan oleh adanya pencemaran minyak, akan terkait dengan produksi perikanan di perairan. Adapun aplikasi detergen sebagai dispersant untuk menyerap tumpahan minyak di laut berpengaruh besar pada berbagai kehidupan biota laut, yaitu meningkatkan biological membrane permeability terhadap senyawa toksik.
Untuk menanggulangi tumpahan minyak di Laut Timor, kadang-kadang lapisan minyak diperlakukan dengan dispersant. Dengan perlakuan dispersant dapat meningkatkan biodegradasi minyak, namun penggunaan dispersant telah dilaporkan bersifat sangat toksik pada biota laut. Salah satu alternative penanggulangan minyak bumi di laut yang ramah lingkungan adalah dengan bioteknologi, yaitu menggunakan bakteri pemakan minyak bumi.
Di Indonesia, program pengendalian pencemaran berasal dari kegiatan di laut telah digalakkan, yakni Marine-base Pollution Source, oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) melalui tindak lanjut dengan Pemerintah Norwegia perihal Oil Spill Contingency Planning and Management; kerja sama dengan perusahaan migas, Pertamina, dan perusahaan pertambangan lainnya untuk menanggulangi pencemaran.
Setelah mengetahui berbagai dampak yang ditimbulkan, maka sangatlah perlu dilakukan upaya pengendalian bahkan pencegahan terhadap pencemaran laut mengingat akibatnya yang tidak saja dirasakan oleh biota-biota laut tetapi juga oleh manusia. Upaya pengendalian pencemaran laut perlu dilaksanakan sejak awal, dalam arti limbah-limbah yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia, baik di darat maupun di laut, haruslah diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut.

Wednesday, August 1, 2012

Mendayagunakan Instrumen Ekonomi Lingkungan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Laut


Upaya yang perlu dilakukan untuk mendayagunakan instrumen ekonomi lingkungan, seperti natural resource accounting dalam pengelolaan sumberdaya laut diantanaya adalah, pertama, memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang arti pentingnya penggunaan instrument tersebut. Dimulai dari skala yang paling kecil yaitu keluarga, disini kita memberikan pemahaman bahwa menggunakan instrumen tersebut layaknya menghitung pendapatan dan pengeluaran bulanan keluarganya. Misalnya, menghitung berapa keuntungan dan kerugian yang harus ditanggung dari penggunaan taman sebagai lahan parkir atau perkebunan.
Selanjutnya, dibetuklah kelompok kecil yang terdiri dari perwakilan masyarakat yang berkepentingan. Setelah kelompok ini terbentuk, kita lakukan pendampingan untuk memahami lebih dalam mengenai arti pentingnya instrumen ekonomi lingkungan beserta pelaksnaannya di lapangan. Seperti menjelaskan kepada mereka arti pentingnya memelihara hutan mangrove, bahwa apabila masyarakat melakukan pengrusakan maka akan timbul dampak yang lebih merugikan bagi masyarakat itu sendiri.
Dari kelompok-kelompok kecil yang telah terbentuk, kemudian dibentuklah kelompok yang lebih besar, dimana di dalam kelompok ini terdiri dari berbagai macam unsur baik masyarakat, pemerhati lingkungan maupun peneliti yang berkepentingan baik langsung maupun tidak langsung terhadap sumberdaya alam. Kelompok besar inilah yang nantinya akan menjadi penyeimbang bagi setiap pelaksanaan kebijakan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun sektor swasta dalam pengelolaan lingkungan. Sebagai contoh adalah ketika pemerintah berencana menggandeng pihak swasta dalam pengelolaan sumber daya pertambangan, maka kelompok ini harus bisa menghitung bagaimana dampak kebijakan tersebut bagi masayarakat, daerah maupun sumber daya alam. Hasil perhitungan inilah yang nantinya akan diajukan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah sebelum melaksanakan kebijakan tersebut.
Apabila masyarakat telah terbiasa dengan penggunaan instrumen ekonomi lingkungan, maka upaya yang kedua adalah membiasakan penggunaan isntrumen tersebut kepada para pembuat keputusan, dalam hal ini adalah pemerintah. Seperti halnya pemahaman kepada masayarakat, pelaksanaannya harus dimulai dari skala pemerintahan yang paling kecil. Para pembuat kebijakan harus memiliki pola pikir atau mindset bahwa setiap kali membuat kebijakan maka harus diperhitungkan pula dampaknya kepada sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Oleh karena itu diperlukan sebuah upaya agar instrumen tersebut dapat diinternalisasi dalam proses perencanaan pembangunan, terutama dalam bidang pemerintahan dalam menentukan suatu kebijakan. Selanjutnya, instrumen ekonomi lingkungan akan mendorong perencana pembangunan daerah untuk memperhitungkan secara saksama intensitas dan pola eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Sebagai contoh adalah bahwa dalam semua rencana pembangunan memperhitungkan besar kebutuhan pembiayaannya, yang disesuaikan dengan potensi pendapatan daerah, termasuk dari sektor sumber daya alam. Penghitungan pendapatan dari sektor sumber daya alam akan mencakup tingkat deplesi dan degradasi lingkungan hidup yang mungkin terjadi. Pengetahuan dan kesadaran memperhitungkan tingkat deplesi dan degradasi lingkungan, seperti pada kasus kebutuhan dana reklamasi bekas galian batu bara dapat mendorong perencana daerah mengatur intensitas dan pola eksploitasi sumber daya alam lokal. Deplesi SDA ialah penyusutan sumber daya alam karena eksploitasi, yang terjadi karena laju pemulihan sumber daya alam lebih lambat dari laju eksploitasinya. Semua itu, dilakukan untuk mengetahui besaran dampak-dampak negatif pembangunan yang tidak terukur, seperti erosi akibat penggundulan hutan, pencemaran sungai, dan polusi udara. Dampak-dampak negatif yang tidak terukur tersebut selama ini tidak dihitung dalam penentuan besaran ukuran yang ada selama ini, termasuk penghitungan GDP. Disebutkan, jika segala kerusakan tak terukur itu diperhitungkan seperti yang dilakukan paradigma natural resource accounting, maka besaran GDP yang ada sekarang bisa dikatakan sebagai nilai ilusif.
Upaya ketiga merupakan proyeksi ke depan, dimana memasukkan instrumen ekonomi lingkungan, seperti natural resources accounting ke dalam bahan ajar atau kurikulum sistem pendidikan baik formal amupun informal sejak dini. Sebagai contoh adalah, sejak dini anak-anak sudah dididik untuk memahami arti pentingnya menjaga lingkungan sekitar, dan bahwa pada dasarnya alam telah diciptakan ke dalam satu sistem menyeluruh yang saling berhubungan dan dalam keadaan seimbang. Apabila terjadi gangguan terhadap satu sistem maka dengan sendirinya akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan sekaligus mengganggu keseimbangan alam itu sendiri.
Dengan mengajarkan arti pentingnya menjaga lingkungan sejak dini, maka hal itu akan terbawa dalam kehidupan keseharian mereka. Sehingga ketika dewasa mereka akan menjadi manusia yang memiliki kearifan akan lingkungan, dan selalu memperhitungkan kebaikan-kebaikan alam yang akan didapat.
Upaya-upaya tersebut tidak bisa dipandang sebagai suatu urutan priorotas, dimana upaya pertama selalu lebih penting daripada upaya-upaya selanjutnya. Namun keseluruhan upaya tersebut harus diintegrasikan bersama-sama secara serentak dan benar mengenai arti pentingnya instrumen ekonomi lingkungan, seperti natural resources accounting sehingga pada akhirnya akan mendukung upaya suatu pembangunan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan.

Tuesday, July 31, 2012

Dampak Negatif IUU Fishing Terhadap Aspek Ekonomi, Politik, Sosial, Dan Lingkungan


-     Ekonomi
IUU Fishing ini telah secara nyata merugikan ekonomi Indonesia. Negara ini telah kehilangan sumber devisa negara yang semestinya bisa menghidupi kesejahteraan masyarakatnya, namun nyatanya justru dinikmati oleh segelintir orang atau kelompok tertentu baik dari dalam maupun luar negeri. Faktor- kekayaan sumber daya alam Indonesia telah membuat cukong-cukong asing yang bekerjasama dengan oknum lokal, menggaruk hasil kekayaan alam kita. Tidak tanggung-tanggung, kerugian Negara yang diakibatkan kejahatan bidang perikanan ini mencapai angka yang luar biasa. Menurut Dirjen Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (DKP) Ardisu Zainuddin, pada tahun 2005 jumlah pelanggaran yang ditangani DKP 174 kasus, tahun 2006 naik menjadi 216 kasus, sementara hingga September 2007 sudah ada 160 kapal ikan liar yang diproses secara hukum. Dari barang bukti kasus-kasus illegal fishing yang didapat jajaran DKP, rata-rata potensi kerugian negara mencapai antara Rp1-Rp4 miliar per kapal.
Jika sampai September 2007 ada 160 kapal yang ditangkap, berarti minimal kerugian negara akibat penangkapan ikan liar tahun 2007 saja berkisar antara Rp160 miliar sampai Rp640 miliar. Meski belum ada data resmi mengenai kerugian negara akibat penangkapan ikan ilegal itu, tetapi dari riset DKP pada 2003, totalnya bisa mencapai US$1,9 miliar (sekitar Rp18 triliun).

-     Politik
Persoalan illegal fishing merupakan sumber utama terjadinya ketegangan tidak hanya diantara komunitas namun juga antar negara. Kegiatan illegal fishing diperairan negara tetangga yang dilakukan kapal-kapal pukat (trawlers) Thailand sering menimbulkan ketegangan diantara Thailand dengan negara-negara tetangga, khususnya dengan Malaysia, Myanmar dan Indonesia.
Karena melibatkan kelompok nelayan dari berbagai negara, maka IUU Fishing ini tentu akan sangat rentan terhadap konflik yang lebih luas yaitu perselisihan antar negara. Dan kondisi itu akan semakin meningkat, mengingat sebagian besar negara-negara yang terlibat enggan untuk membentuk kerjasama regional untuk memberantas kegiatan illegal tersebut. Negara yang bersangkutan sepertinya tiadak mau dipersalahkan dan tidak mau dilibatkan. Mereka merasa bahwa laut meruapakan tempat terbuka (open access) dimana melibatkan lalu lintas yang sangat padat sehingga sulit untuk mendeteksi dari mana mereka berasal. Di Indonesia, hal ini semakin diperparah dengan angkatan laut dan penegakan hukum yang lemah sehingga semakin terbukanya kesempatan untuk terjadinya IUU Fishing di wilayah kedaulatan negara. Permasalahan ini sebenarnya bisa sedikit dihindari apabila setiap negara mau menjalin kerja sama regional untuk bersama-sama memberantas kegiatan IUU Fishing.

-     Sosial
Bagi Indonesia IUU Fishing menjadi perhatian utama, karena hal ini terjadi setiap hari di perairan Indonesia. Dikawasan Asia Tenggara, sektor perikanan menjadi salah satu sumber utama bagi ketahanan pangan di kawasan. Motif ekonomi sering menjadikan alasan bagi eksplorasi besar-besaran terhadap sumber daya perikanan, yang pada gilirannya, menjadikan sebagai penyebab utama bagi berkurangnya secara drastis terhadap persediaan ikan di Asia Tenggara. Persoalan ini akan berpengaruh buruk terhadap kelangsungan hidup lebih dari 100 juta jiwa. Hal ini juga telah menyebabkan sengketa diantara para nelayan lokal dengan para pemilik kapal pukat dan juga diantara para nelayan tradisional antar negara. Berkurangnya persediaan ikan diperairan Indonesia sebagai akibat illegal fishing yang dilakukan dengan menggunakan kapal-kapal pukat, juga telah memaksa para nelayan tradisional Indonesia terlibat dalam kegiatan illegal fishing diperairan Australia, yang menyebabkan timbulnya permasalahan diantara kedua negara.
Dampak secara langsung tidak hanya dirasakan oleh para nelayan, tetapi juga para karyawan pabrik, terutama pabrik-pabrik pengolahan ikan. Di Tual dan Bejina misalnya, sejak beroperasinya kapal-kapal penangkap ikan asing tersebut, maka seluruh perusahaan industri pengolahan ikan tidak beroperasi lagi, dan akibat lebih lanjut sudah dapat ditebak apa yang terjadi, yaitu PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) para karyawan pabrik pengolahan ikan. Karena tidak ada lagi bahan baku tangkapan ikan yang diolah oleh perusahaan. Ini terjadi karena semua tangkapan ikan oleh kapal asing tersebut telah ditransfer ke kapal yang lebih besar di tengah laut istilahnya 'trans-shipment' dan hal ini jelas-jelas telah melanggar peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16 Tahun 2006 yang mewajibkan seluruh hasil tangkapan ikan diturunkan dan diolah di darat.

-     Lingkungan
Dari segi lingkungan, telah terjadi kerusakan yang permanen, karena menyebabkan ekosistem dan biota laut menjadi terganggu, akibat penggunaan alat penangkap ikan skala besar (Pukat Harimau dan Trawl) yang tidak sesuai dengan ketentuan dan keadaan kelautan kita. Dan yang pasti adalah semakin menipisnya sumber daya ikan di perairan Arafuru, karena hampir 3 tahun terjadi kegiatan penangkapan ikan secara semena-mena dan bersifat eksploitatif.

Sunday, July 29, 2012

Ironi Impor Udang Vaname

    Kebutuhan akan produk import sebenarnya lebih disebabkan kebijakan pemerintah yang tidak memihak rakyat. Pemain atau importir sangat kuat pengaruh lobinya kepada penguasa untuk memingigirkan rakyat agar lemah berproduksi. Kebjakan ini berawal dari pernyataan bahwa pasokan bahan baku udang vaname dari dalam negeri menurun dan harganya tidak kompetitif meskipun mengakui bahwa kebijakan impor udang vaname ini bisa mematikan produksi udang nasional.
Dilihat dari asalnya udang vanamei memang bukan berasal dari Indonesia, tetapi berasal dari bagian barat pantai Amerika Latin. Indonesia mulai mengimpor udang vaname sebagai pengganti dari budidaya udang windu yang kolaps karena serangan penyakit virus white spot. Sebelumnya udang vanamei dikatakan bebas virus dan penyakit karena sudah melalui proses sertifikasi yang ketat. Tetapi berbagai keunggulan vannamei bukanlah tanpa cacat, petani udang Indonesia menjadi tergantung dengan negara lain.  Karena induk udang vaname yang masuk ke Indonesia harus didatangkan dari Hawai sebagai pusat pengadaan benih dan induk udang vaname. Dan hal ini terbukti dengan ketergantungan bangsa ini terhadap kebijakan impor ketika persediaan di Indonesia menjadi menurun. Apalagi induk yang diekspor ke Indonesia diduga bukan yang berkualitas bagus, sehingga benih yang dihasilkan pun memiliki kualitas lebih rendah daripada benih yang didatangkan langsung dari Hawai.  Akibatnya sudah bisa ditebak, produksi udang vannamei Indonesia kian menurun dan Indonesia dibuat tergantung oleh negara asing.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati terbesar. Sebagai konsekuensinya, Indonesia seharusnya memiliki keunggulan dibanding negara lain, Pertama, adalah keunggulan sumber daya alam. Dengan luas laut lebih kurang 5,8 km2, alasan kekurangan pasokan bahan baku udang sebenarnya merupakan sebuah ironi. Kita sebenarnya memiliki stok udang yang melimpah di laut, lobster misalnya. Perairan Indonesia memiliki potensi lobster cukup besar: di Paparan Sunda, Samudera Hindia, Laut Sulawesi, juga di Laut Maluku dan Papua. Akan tetapi potensi tersebut belum banyak dimanfaatkan secara maksimal. Upaya penangkapan banyak dilakukan, namun sebagian besar dengan cara-cara yang sederhana sehingga hasilnya kurang maksimal. Apalagi, munculnya lobster ini bersifat musiman.
Kedua adalah keunggulan sumberdaya manusia. Secara kuantitas jumlah penduduk Indonesia merupakan yang terbesar kelima di dunia, yaitu lebih kurang 220 juta jiwa. Dan, lebih kurang 60 persen diantaranya hidup di pesisir. Dan, sebagian besar diantaranya menggantungkan kehidupannya kepada keberadaan sumberdaya laut.
Artinya, bahwa sebenarnya Indonesia sudah memiliki potensi yang sangat besar untuk membangun bangsa bahari.  Namun selama ini Pemerintah kurang memperhatikan potensi-potensi tersebut, sehingga diperlukan upaya untuk menyusun strategi bersama dalam meningkatkan daya saing produk perikanan nasional sebagai komitmen bersama untuk memmbangun negara dan bangsa yang berdaya saing tinggi.
Kegalan budidaya vannamei mestinya menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa usaha apaun yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap produk impor adalah sangat beresiko dan berbahaya bagi ketahanan nasional.  Disaat krisis keuangan global, produk yang memiliki muatan impor tinggi sangat rentan terhadap dampak krisis. 


Saturday, July 28, 2012

Pentingnya Memahami Aspek Kimia Dan Biologi Oseanografi Dalam Pembangunan Sektor Kelautan Indonesia Secara Umum (II)


Dalam membangun sektor kelautan Indonesia yang baik, kita perlu memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap lingkungan laut dan berbagai proses yang berlangsung di dalamnya agar tidak salah dalam dalam mengambil keputusan. Hal ini penting untuk menghindari atau mengurangi terjadinya dampak negatif yang akan ditimbulkan pada ekosistem perairan laut itu sendiri.
      Dalam upaya tersebut, tidak dapat dilakukan hanya terhadap lautan itu sendiri. tetapi menyangkut segala aspek kelautan yang dapat mempengaruhi laut tersebut. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah aspek kimia dan biologi laut. Oleh karena itu, adalah sangat penting bagi kita untuk memahami kedua aspek tersebut terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembangunan sektor kelautan.

Aspek Kimia Oseanografi
Pentingnya memahami aspek kimia oseanografi dalam pembangunan sektor kelautan Indonesia diantaranya adalah dalam pengelolaan kualitas air laut dan mengetahui peran laut dalam perubahan iklim sebagai akibat dari semakin memanasnya permukaan bumi akibat pemanasan global, terutama sebagai penyerap karbon (karbon sink).
-     Pengelolaan kualitas air laut
Karena kita akan membangun sektor kelautan maka kita juga perlu melihat terlebih dahulu bagaimana kondisi dan karakteristik laut yang akan kita kembangkan. Diantaranya adalah mengetahui kualitas air laut yang sangat besar dampaknya bagi kelangsungan pembangunan di bidang kelautan. Tujuan yang terpenting dari pengelolaan kualitas air laut adalah untuk menjaga fungsi atau keadaan laut sesuai atau mendekati keadaan kualitas awal sebelum adanya kegiatan pembangunan sektor perikanan dengan mengacu kepada parameter-parameter yang ditunjukkan oleh standar baku mutu lingkungan perairan laut. Parameter yang diambil dari aspek kimia yang berhubungan dengan pengelolaan ini adalah kadar nitrogen, kadar fosfat, kadar logam, oksigen terlarut, salinitas, derajat keasaman (pH), dan kebutuhan oksigen (BOD). Pengetahuan keseluruhan mengenai hal ini perlu dilakukan agar pemanfaatan lautan sebagai bagian dari pembangunan sektor kelautan dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Ada banyak faktor yang menentukan kualitas air dan suatu lautan. Penurunan kualitas laut dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah limbah kimia yang dapat berakibat secara langsung, kemudian kualitas atau keadaan perairan pantai dimana lautan harus selalu dipandang sebagai satu kesatuan ekosistem.
Masuknya zat-zat kimia ataupun tumpahan-tumpahan minyak di perairan laut akan sangat mempengaruhi biota-biota laut. baik meracuni secara langsung, menekan kehidupan organisme maupun merusak gen organisme. Hal ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan terhadap kehidupan organisme laut lainnya. Penyebab lain menurunnya kualitas air laut adalah akibat proses sedimentasi yang terjadi di daerah pantai yangmempengaruhi tingkat kecerahan sehingga sinar matahari yang masuk ke dalam perairan terhalang oleh permukkan perairan. Pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan fotositesa tumbuhan laut dan berpengaruh terhadap jumlah oksigcn terlarut pada perairan tersebut. Kadar oksigen tcrsebut sangat penting bagi pernafasan ikan dan udang serta merupakan salah satu komponen utama untuk keperluan metabolisme organisme perairan.
Jika kita memiliki pengetahuan yang luas dan kuat dalam bidang kimia oseanografi, maka kita akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu kebijakan dalam pengelolaan air laut, termasuk arti pentingnya bagi pembangunan kelautan yang berkelanjutan. Sehingga perlu dilakukan suatu manajemen pengelolaan yang terpadu mulai dan daerah darat hingga laut.

Aspek Biologi Oseanografi
Aspek lain yang juga tidak kalah penting dipelajari dalam pembangunan sektor kelautan adalah biologi oseanografi atau ilmu mengenai biota yang ada di laut. Pentingnya memahami ilmu tersebut diantaranya adalah mengetahui lokasi daerah penangkapan melalui pola persebaran ikan dan menentukan daerah perlindungan atau kawasan konservasi.
-     Mengetahui lokasi daerah penangkapan
Pengembangan suatu kawasan perairan untuk menjadi daerah penangkapan ikan dibutuhkan berbagai informasi dan teknologi agar tujuan pemanfaatan tersebut dapat tercapai. Tujuan tersebut adalah bagaimana mendapatkan sumberdaya ikan sebanyak mungkin dan menguntungkan, menguntungkan karena operasi penangkapan dilakukan secara efisien dan efektif. Dengan demikian untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan informasi keberadaan daerah penangkapan ikan. Untuk membantu mencari lokasi daerah penangkapan ikan dibutuhkan pengetahuan tentang kesuburan perairan.
Untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan kita membutuhkan bantuan ilmu biologi khususunya pemahaman mengenai rantai makanan. Ini penting, karena kita menganggap dalam ekosistem laut terdapat keterkaitan antara biota yang satu dengan lainnya, seperti halnya biota dengan lingkungannya. Dengan mempelajarinya kita bisa mengetahui species apa yang menjadi indikator bagi kesuburan perairan.
Salah satu species yang bisa dijadikan sebagai indikator bagi kesuburan perairan adalah fitoplankton. Fitoplanklon memegang peranan yang sangat penting dalam transfer energi dan rantai makanan (food chain) yang berlangsung di ekosistem perairan, Besar kecilnya nilai kelimpahan dan komposisi spesies ini menunjukkan tingkat kesuburan yang ada di suatu perairan. Kesuburan suatu perairan pada umumnya akan merangsang kegiatan biologis lainnya sehingga pada akhirnya juga akan meningkatkan kelimpahan sumberdaya hayati perairan tersebut.
-     Menentukan daerah perlindungan atau kawasan konservasi.
Salah satu bagian ilmu dalam biologi oseanografi yang berperan dalam menentukan daerah perlindungan atau kawasan konservasi adalah pola hidup species. Khusus dalam permasalahan ini, pengetahuan tersebut sangat berperan dalam membuat zonasi di dalam kawasan konservasi.
Seperti konsep yang sering dibicarakan pada tulisan sebelumnya, dalam menentukan luasan kawasan konservasi, kita harus berbasis kepada ekosistem dan bukan administrasi. Karena setiap species yang akan kita lindungi pasti memiliki keterkaitan dan hubungan dengan species lain maupun lingkungan di sekitarnya.
Kawasan konservasi dilakukan terhadap species-species yang dianggap berada di ambang kepunahan, sehingga diharapkan kelestariannya akan tetap terjaga. Sebelum melakukan konservasi, terlebih dahulu kita harus mengetahui karakteristik dari species tersebut. Diantaranya adalah pola migrasi, pola makan, pola kawin, dll yang mempengaruhi kehidupan species tersebut. Dengan melakukan pemahaman terhadap hal tersebut maka dalam pembuatan zonasi tidak akan mendapatkan kesulitan.
            Setelah memahami dengan baik ilmu biologi oseanografi, maka kita akan tahu daerah mana yang akan kita jadikan daerah penangkapan dan daerah mana yang akan kita jadikan sebagai daerah perlindungan atau kawasan konservasi. Selanjutnya kita bisa terhindar dari kesalahan dalam pembuatan kebijakan yang berdampak buruk terhadap ekosistem laut, sehingga pembangunan kelautan dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.