Minyak yang tumpah ke suatu perairan mengalami sejumlah proses
fisika, kimia, dan biologi yang berperan mengubah nasib (fate) dan karakteristik minyak. Secara kolektif, proses-proses
tersebut dikenal sebagai pelapukan (weathering). Proses ini terjadi
pada semua minyak yang tumpah ke laut, namun tingkat dan aspek penting setiap
proses sangat bergantung pada jenis minyak dan kondisi perairan.
Proses pelapukan tersebut akan mengubah komposisi, perilaku,
keterpaparan, dan daya racun (toksisitas) minyak. Sebagai contoh, penetrasi
minyak ke dalam kawasan lumpur bervegetasi (areal mangrove) dipengaruhi oleh
kekentalan (viskositas) minyak. Minyak yang sudah mengalami pelapukan akan
mempunyai tingkat penetrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan minyak yang
belum mengalami pelapukan. Minyak yang sudah mengalami pelapukan akan
mengandung komponen-komponen yang tidak larut dalam air, dan bergabung
membentuk gumpalan-gumpalan (bola-bola) minyak (tarballs).
Gumpalan-gumpalan tersebut sudah barang tentu mengurangi potensi
terjadinya kontak dengan biota air. Namun di sisi lain, burung dan mamalia laut
lebih berpotensi untuk menghisap gumpalan-gumpalan minyak tersebut. Sementara
itu, hilangnya komponen minyak dengan berat jenis kecil melalui penguapan dan
atau pelarutan selama proses pelapukan menyebabkan minyak menjadi tenggelam dan
meningkatkan kemungkinan pencemaran sedimen dan meningkatkan daya racun minyak
di kolom air.
No comments:
Post a Comment