Pembakaran
minyak di laut mempunyai sejumlah batasan di antaranya ketebalan minyak dan
jarak antara lokasi tumpahan dengan kapal untuk alasan keamanan. Pembakaran
secara in situ dilakukan saat mengatasi tumpahan minyak dari kapal Exxon
Valdez. Dilaporkan bahwa pada hari kedua setelah kejadian, 60.000 - 110.000
liter minyak yang tumpah dapat dihilangkan. Hal ini membutuhkan boom yang
tahan api, sementara lapisan minyak yang harus dijaga adalah setebal 3 mm.
Residu pembakaran akan berupa semi-padatan yang kaku yang dapat dengan mudah
diangkat, sekalipun masih menyisakan polutan di lingkungan laut. Masalah lain
yang dapat timbul adalah terjadinya pencemaran udara di sekitar lokasi
kejadian.
Berbagai informasi tentang
karakteristik asap akibat pembakaran minyak bermunculan dari hasil studi yang
dilakukan akibat adanya awan asap besar-besaran ketika ladang minyak Kuwait
membara selama Perang Teluk pada Januari 1991. Asap yang terjadi segera meluas
dengan ketinggian hingga 3 km dan bergerak ke arah timur hingga jarak 1500-2000
km. Hujan hitam berbau minyak terjadi selama 24 jam di Adana-Turki sekitar 1500
km barat laut Kuwait beberapa hari setelah kejadian. Hujan berbau minyak juga
masih turun di bulan April, sekalipun tidak lagi berwarna hitam.
Analisis kimia yang dilakukan
terhadap sampel aerosol dari pembakaran yang terjadi di Kuwait menunjukkan bahwa konstituen
utamanya adalah: (I) gumpalan dari partikel jelaga berbentuk speris yang
dilapisi senyawa sulfur; (ii) kristal kubik yang mengandung NaCl dan SO42-;
(iii) debu-debu yang mengandung Si, Al, Fe, Ca, K, dan/atau S.
No comments:
Post a Comment