Kebutuhan
akan produk import sebenarnya lebih disebabkan kebijakan pemerintah yang tidak memihak
rakyat. Pemain atau importir sangat kuat pengaruh lobinya kepada penguasa untuk
memingigirkan rakyat agar lemah berproduksi. Kebjakan ini berawal
dari pernyataan bahwa pasokan
bahan baku udang vaname dari dalam negeri menurun dan harganya tidak kompetitif
meskipun mengakui bahwa kebijakan impor udang vaname ini bisa mematikan
produksi udang nasional.
Dilihat dari asalnya udang vanamei memang bukan berasal
dari Indonesia, tetapi
berasal dari bagian barat pantai Amerika Latin. Indonesia mulai mengimpor udang
vaname sebagai pengganti dari budidaya udang windu yang kolaps karena serangan
penyakit virus white spot. Sebelumnya udang vanamei dikatakan bebas virus dan
penyakit karena sudah melalui proses sertifikasi yang ketat. Tetapi
berbagai keunggulan vannamei bukanlah tanpa cacat, petani udang Indonesia
menjadi tergantung dengan negara lain. Karena induk udang vaname yang
masuk ke Indonesia harus didatangkan dari Hawai sebagai pusat pengadaan benih
dan induk udang vaname. Dan hal ini terbukti dengan ketergantungan bangsa
ini terhadap kebijakan impor ketika persediaan di Indonesia menjadi menurun.
Apalagi induk yang diekspor ke Indonesia diduga bukan yang berkualitas bagus,
sehingga benih yang dihasilkan pun memiliki kualitas lebih rendah daripada
benih yang didatangkan langsung dari Hawai. Akibatnya sudah bisa ditebak,
produksi udang vannamei Indonesia kian menurun dan Indonesia dibuat tergantung oleh
negara asing.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan
keanekaragaman hayati terbesar. Sebagai konsekuensinya, Indonesia seharusnya
memiliki keunggulan dibanding negara lain, Pertama,
adalah keunggulan sumber daya alam. Dengan luas laut lebih kurang 5,8 km2,
alasan kekurangan pasokan bahan baku udang sebenarnya merupakan sebuah ironi.
Kita sebenarnya memiliki stok udang yang melimpah di laut, lobster misalnya. Perairan
Indonesia memiliki potensi lobster cukup besar: di Paparan Sunda, Samudera
Hindia, Laut Sulawesi, juga di Laut Maluku dan Papua. Akan tetapi potensi
tersebut belum banyak dimanfaatkan secara maksimal. Upaya penangkapan banyak
dilakukan, namun sebagian besar dengan cara-cara yang sederhana sehingga
hasilnya kurang maksimal. Apalagi, munculnya lobster ini bersifat musiman.
Kedua adalah
keunggulan sumberdaya manusia. Secara kuantitas jumlah penduduk Indonesia
merupakan yang terbesar kelima di dunia, yaitu lebih kurang 220 juta jiwa. Dan,
lebih kurang 60 persen diantaranya hidup di pesisir. Dan, sebagian besar
diantaranya menggantungkan kehidupannya kepada keberadaan sumberdaya laut.
Artinya, bahwa sebenarnya Indonesia sudah memiliki
potensi yang sangat besar untuk membangun bangsa bahari. Namun selama ini Pemerintah kurang memperhatikan
potensi-potensi tersebut, sehingga diperlukan upaya untuk menyusun strategi bersama dalam
meningkatkan daya saing produk perikanan nasional sebagai komitmen bersama
untuk memmbangun negara dan bangsa yang berdaya saing tinggi.
Kegalan budidaya vannamei mestinya menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa
usaha apaun yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap produk impor adalah
sangat beresiko dan berbahaya bagi ketahanan nasional. Disaat krisis
keuangan global, produk yang memiliki muatan impor tinggi sangat rentan
terhadap dampak krisis.
No comments:
Post a Comment