Sunday, July 29, 2012

Ironi Impor Udang Vaname

    Kebutuhan akan produk import sebenarnya lebih disebabkan kebijakan pemerintah yang tidak memihak rakyat. Pemain atau importir sangat kuat pengaruh lobinya kepada penguasa untuk memingigirkan rakyat agar lemah berproduksi. Kebjakan ini berawal dari pernyataan bahwa pasokan bahan baku udang vaname dari dalam negeri menurun dan harganya tidak kompetitif meskipun mengakui bahwa kebijakan impor udang vaname ini bisa mematikan produksi udang nasional.
Dilihat dari asalnya udang vanamei memang bukan berasal dari Indonesia, tetapi berasal dari bagian barat pantai Amerika Latin. Indonesia mulai mengimpor udang vaname sebagai pengganti dari budidaya udang windu yang kolaps karena serangan penyakit virus white spot. Sebelumnya udang vanamei dikatakan bebas virus dan penyakit karena sudah melalui proses sertifikasi yang ketat. Tetapi berbagai keunggulan vannamei bukanlah tanpa cacat, petani udang Indonesia menjadi tergantung dengan negara lain.  Karena induk udang vaname yang masuk ke Indonesia harus didatangkan dari Hawai sebagai pusat pengadaan benih dan induk udang vaname. Dan hal ini terbukti dengan ketergantungan bangsa ini terhadap kebijakan impor ketika persediaan di Indonesia menjadi menurun. Apalagi induk yang diekspor ke Indonesia diduga bukan yang berkualitas bagus, sehingga benih yang dihasilkan pun memiliki kualitas lebih rendah daripada benih yang didatangkan langsung dari Hawai.  Akibatnya sudah bisa ditebak, produksi udang vannamei Indonesia kian menurun dan Indonesia dibuat tergantung oleh negara asing.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati terbesar. Sebagai konsekuensinya, Indonesia seharusnya memiliki keunggulan dibanding negara lain, Pertama, adalah keunggulan sumber daya alam. Dengan luas laut lebih kurang 5,8 km2, alasan kekurangan pasokan bahan baku udang sebenarnya merupakan sebuah ironi. Kita sebenarnya memiliki stok udang yang melimpah di laut, lobster misalnya. Perairan Indonesia memiliki potensi lobster cukup besar: di Paparan Sunda, Samudera Hindia, Laut Sulawesi, juga di Laut Maluku dan Papua. Akan tetapi potensi tersebut belum banyak dimanfaatkan secara maksimal. Upaya penangkapan banyak dilakukan, namun sebagian besar dengan cara-cara yang sederhana sehingga hasilnya kurang maksimal. Apalagi, munculnya lobster ini bersifat musiman.
Kedua adalah keunggulan sumberdaya manusia. Secara kuantitas jumlah penduduk Indonesia merupakan yang terbesar kelima di dunia, yaitu lebih kurang 220 juta jiwa. Dan, lebih kurang 60 persen diantaranya hidup di pesisir. Dan, sebagian besar diantaranya menggantungkan kehidupannya kepada keberadaan sumberdaya laut.
Artinya, bahwa sebenarnya Indonesia sudah memiliki potensi yang sangat besar untuk membangun bangsa bahari.  Namun selama ini Pemerintah kurang memperhatikan potensi-potensi tersebut, sehingga diperlukan upaya untuk menyusun strategi bersama dalam meningkatkan daya saing produk perikanan nasional sebagai komitmen bersama untuk memmbangun negara dan bangsa yang berdaya saing tinggi.
Kegalan budidaya vannamei mestinya menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa usaha apaun yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap produk impor adalah sangat beresiko dan berbahaya bagi ketahanan nasional.  Disaat krisis keuangan global, produk yang memiliki muatan impor tinggi sangat rentan terhadap dampak krisis. 


No comments:

Post a Comment